KESANIAN JOHRUTUTANA

KESANIAN JOHRUTUTANA

Departemen Kebudayaan dan Seni Negara Bagian Johor bersama Pemerintah Asosiasi Kawasan Perikanan dan Kajian Lokal melanjutkan program wisata budaya di Dataran Pontian, Johor.

UTHM telah mengambil langkah awal untuk menyediakan portal materi digital terkait budaya dan warisan negara bagian Johor. Proyek ini diharapkan selesai pada tahun 2023.

Latar belakang sejarah

Sepanjang sejarahnya, Kesultanan Johor telah menjadi pusat peristiwa yang mengubah wajah Asia Tenggara. Wilayah kekuasaannya meliputi Johor, Pahang, Terengganu dan Riau saat ini, pulau Bintan, Lingga, Bunguran dan Siak di Sumatra, dan sebagian Singapura.

Kesultanan Johor berada di bawah kendali sistem dewan kerajaan. Masing-masing dipimpin oleh seorang bendahara yang mengatur urusan negara berdasarkan tingkat kewenangan yang diberikan oleh Sultan.

Pada tahun 1641, gabungan kekuatan Belanda (menyerang melalui darat dan laut) dan pasukan Johor yang dipimpin oleh Bendahara Skudai berhasil mengalahkan Portugis di Malaka. Kesultanan kemudian mengadakan perjanjian dengan Belanda yang memberikan Belanda kendali atas Malaka, namun tetap mempertahankan kedaulatannya atas daratan Johor. Pengaturan ini berlangsung hingga Perjanjian Inggris-Belanda tahun 1824.

simbolisme

Simbolisme merupakan hal penting untuk mencapai seni Johor. Untuk itu, masyarakat Kabupaten Batu Pahat harus siap terlibat dan menggambarkan kondisi lingkungan dalam proses pembangunan kota tersebut. Sejarah, seni, dan kebijakan tradisional di daerah ini dapat mengajarkan potensi kreativitas masyarakat dengan tindakan yang beretika.

Salah satu simbol terpenting bagi kesenian johor adalah kebijakan tradisi. Ini mewakili aspek mendasar dari cara hidup Melayu yang membawa rasa kebanggaan dan kesetiaan yang mendalam. Hal ini juga merupakan sumber hikmah yang dapat digunakan untuk membangun dan mengembangkan kebijakan tradisi di masa depan. Oleh karena itu penting bagi masyarakat Johor untuk meneruskan warisan ini dengan melestarikan kebijakan tradisi dan menjadikannya sebagai contoh tradisi terbaik di Malaysia. Dengan begitu, mereka dapat menjaga keutuhan kesenian johor dan warisan budayanya. Apalagi mereka bisa menjadikan kesenian johor sebagai tempat yang dikunjungi dan diapresiasi oleh semua orang.

Tempat beribadah

Kuil Tao Tiongkok kuno Hongxian Dadi dan Weitian Dadi di jantung Johor Bahru adalah daya tarik populer karena arsitekturnya yang sederhana, bersih, dan cerah. Tidak ada biaya masuk bagi yang bukan jamaah.

Masjid Negara Sultan Abu Bakar adalah tempat ibadah indah yang selesai dibangun pada tahun 1902. Arsiteknya, Tuan Haji Mohamed Arif Bin Punak, mendasarkan desain masjid pada perpaduan arsitektur Inggris Victoria, Moor, dan Melayu. Bangunan ini mampu menampung hingga 2000 orang dan memiliki empat menara yang menyerupai menara jam Inggris.

Makam kesultanan Makam Diraja juga terletak di kompleks yang sama. Mausoleum berwarna abu-abu ini berisi makam sultan Johor pertama dan kedua, istri mereka (Sultanah), dan anggota keluarga kerajaan lainnya. Ini terbuka untuk umum tetapi non-Muslim tidak diperbolehkan masuk saat salat berjamaah. Di seberang mausoleum terdapat War Memorial, sepasang obelisk kembar yang menghormati prajurit dari Malaysia yang tewas selama Perang Dunia Pertama dan Perang Dunia Kedua.

Praktik Keagamaan

Identitas keagamaan terus mempengaruhi aspek kehidupan sekuler. Perempuan yang tidak mengenakan jilbab, misalnya, mungkin akan dipermalukan di media sosial dan di depan umum. Orang yang pindah agama terkadang juga mendapat stigma, terutama mereka yang meninggalkan Islam dan berpindah agama.

Di Negara Bagian Johor, ketua sebuah organisasi keagamaan Muslim mengatakan umat Islam diperbolehkan menghadiri perayaan non-Muslim seperti open house atau pernikahan jika diundang oleh teman atau keluarga, namun tidak boleh mengambil bagian dalam upacara ritual. Pernyataan tersebut didasarkan pada fatwa (resolusi otoritas keagamaan) yang disetujui oleh penguasa Negara Bagian Johor, Mohd Fared.

Sementara itu, umat Islam Syiah dan Ahmadi terus menghadapi kesulitan dalam mendapatkan izin untuk membangun tempat ibadah baru. Banyak dari mereka terus menggunakan pusat komunitas atau bangunan yang dikategorikan untuk perumahan atau komersial. SIS tetap mengkhawatirkan dampak kebijakan ini terhadap kebebasan dan kesetaraan, termasuk terhadap perempuan. LSM tersebut mendesak pemerintah untuk mengatasi masalah ini. Keputusan pengadilan syariah Negara Bagian Selangor pada tahun 2021 yang menyatakan bahwa laki-laki yang tampak seperti perempuan tidak boleh memasuki masjid atau menunaikan ibadah haji atau umrah tetap berlaku, dan ditentang oleh SIS.